Kamis, 27 Januari 2011

LAPORAN BTR

KATA PENGANTAR


Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan dengan judul ”Fungi, Algae dan Bryophyta”. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurna, sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan guna untuk memperbaik karyah ini agar dapat mempunyai manfaat bagi Kita sekalian. Dan dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan pada masa ini maka sumber intelektual yang sangat di harapkan demi menuju indonesia yang makmur dansejahtera.

Ucapan terimahkasih Kami sempaikan kepada Ibu, muda-mudahan ilmu yang Ibu berikan punya makna yang sangat besar bagi kami. Dan muda-mudaham Ibu di beri safaat oleh Tuhan Yang maha Esa Allah SWT.












DAFTAR ISI

Halaman Judul……………………………………………………………………………………i

Kata Pengantar……………………………………………………………………………..……ii

Daftar Isi…………………………………………………………………………...…………….iii

BAB I. PENDHULUAN………………………………………………………….1

1.1. Latar Belakang…………………………………………………………...2

1.2. Permasalahan…………………………………………………………….2

1.3. Tujuan Penulisan………………...………………………………….…...2

BAB II. METODE PRAKTEK………………………………………….......……3

2.1 Metode dan Bahan Praktekum……………………………………….…3

2.2. Waktu dan Lokasi Praktekum………………………………………….….4

2.3 Pengumpulan Data dan Tabulasi…………………………………...……..4


BAB III. GAMBARAN UMUM…………………………………………...……...5

3.1. Gambaran Umum Lokasi Praktek……………………….……………..5

1. Kondisi Lahan…………………………………………………………5

2. Aksebilitas……………………………………………………………..6

3. Peta Lokasi Praktek……………………………………………………6

BAB IV. PEMBAHASAN……………………………………………………..……7

4.1. Tabel Hasil Praktekum………………………………….…………………7

1. Jamur ( Fungi)………………………………………………….……….7

2. Alga ( Algae )…………………………………………..……………….7

3. Lumut (Bryophyta)……………………………………………….…….8

4.2. Rincian Pembahasan……………………………..………………………..8

A. Jamur ( Fungi )…………………………………………………...…….8

1. Ciri-ciri Umum Jamur…………………..………………………9

2. Struktur Tubuh Jamr……………………………………………9

3.Cara Makan dan Habitat Jamut…………………………………9

4. Pertumbuhan dan Reproduksi Jamur……………….…………11

B. Alga ( Algae )………………………………………………...……….11

1.Alga Hijau (Clorophyta)……………………………………….12

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………..xiii



BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. Pendahuluan

Jamur dalam bahasa Indonesia sehari-hari mencakup beberapa hal yang agak berkaitan. Arti pertama adalah semua anggota kerajaan Fungi dan beberapa organisme yang pernah dianggap berkaitan, Seperti jamur lendir dan "jamur belah" (Bacteria). Arti kedua berkaitan dengan sanitasi dan enjadisinonim bagi kapang. Arti terakhir, yang akan dibahas dalam artikel ini, adalah tubuh buah yang lunakatau tebal dari sekelompok anggota Fungi (terutama Basidiomycetes) yang biasanya muncul dari permukaan tanah atau substrat tumbuhnya. Pengertian terakhir ini berkaitan dengan nilai ekonomi jamur sebagai bahan pangan, sumber racun, atau bahan pengobatan. Bentuk umum jamur biasanya adalah seperti payung,alaupun ada juga yang tampak seperti piringan.

Beberapa jamur aman dimakan manusia bahkan beberapa dianggap berkhasiat obat, seperti jamur merang (Volvariela volvacea), jamur tiram (Pleurotus), jamur kuping (Auricularia polytricha), jamur kancing atau champignon (Agaricus campestris), dan jamur shiitake (Lentinus edulis). Jamur yang beracun contohnya adalah Amanita muscaria, dan jamur yang dikenal sebagai "destroying angel".

Meskipun kejadian paling umum dari Alga di air tawar, darat, dan habitat udara, tanaman ini di mana-mana dan banyak beradaptasi dengan lingkungan payau dan laut sangat beragam. Mereka biasanya tidak mencolok dalam benthos laut dibandingkan dengan hijau yang lebih besar dan lebih berlimpah, coklat, dan ganggang merah, tetapi mereka cukup banyak bahwa hampir semua koleksi dari wilayah laut akan berisi beberapa dari mereka. Jumlah spesies laut otonom diperkirakan lebih dari dua kali lipat dari

terestrial.
Sedangkan kelompok lain alga bentik mengandung sejumlah besar bentuk, dari unicells sangat sederhana atau filamen untuk thalli sangat kompleks, laut biru-hijau makan jelas dibatasi oleh negara mereka yang masih rendah diferensiasi sel dan organisasi talus. Tidak ada yang lebih kompleks daripada bercabang, filamen uniseriate terjadi, dan ada ketiadaan umum organ reproduksi jelas dibedakan. Semua tanaman secara individual mikroskopis. Anggota sederhana adalah uniseluler, tapi biasanya digabungkan dalam mucilaginous, koloni palmelloid. Sebagian besar spesies terjadi sebagai sederhana, filamen uniseriate, umumnya dalam sarungnya mucilaginous atau agar-agar berlapis dan berwarna. Sel-sel tersebut biasanya diberikan dengan pigmen kebiruan-hijau, meskipun bentuk kemerahan keunguan dan tidak jarang. diferensiasi nuklir adalah tatanan yang sangat rendah, dan tidak ada bukti tertentu reproduksi seksual telah diperoleh. Yang ada unsur reproduksi flagellated dalam kelompok.
Ganggang biru-hijau memberikan kesan menjadi satu himpunan kuno tanaman, dan walaupun ada sedikit, jika ada, catatan tertentu contoh fosil (karena kurangnya bagian keras mudah diawetkan), ada bukti terjadinya luas mereka di beberapa Proterozoikum strata yang tertua. Ini mengambil bentuk deposito gampingan dan silicious dari tufa, napal, dan sinter yang ternyata merupakan endapan mineral oleh koloni filamen kuno mirip dengan yang sekarang terkenal di mata air panas-lingkungan.

1.1. Latar Belakang

Dalam penulisan laporan ini Kami menggunakan media Elektronik (internet) dan buku-buku panduan lain refrensi pengambilan teori, dengan demikian yang menjadi pokok utama yang melatar belakangi Kami disini adalah bagaimana, kami dapat mendefenisikan teori dalam bentuk karyah ilmiah. Dalam sistem website ini juga merupakan sebagian dari media perlengkapan teori untuk mempermudakan peminat, pembaca, dan bahkan layanan umum, untuk dapat mengambil teori yang dibutuhkan, yakni sebagai refrensi untuk mengulas sebagaimana deskriptif.

1.2. Permasalahan

Yang menjadi pokok permasalahan kami disini adalah:

1. Kami tidak dapat mengenterfiu filum yang tertera pada kokasi praktek karna kekurangan alat praktek

2. Jamur,Alaga dan tumbuhan paku yang berhabiat padalokasi praktek tidak mendominan sehinggapraktek tidak berjalan esuai ekanisme

1.3.Tujuan Penulisan

Uraian materi respirasi dan system respirasi ini bertujuan untuk memotivkan para maha siswa dan maha siswi agar dapat megetahui dan menaplikasikan ilmu ini dengan baik, dan tujua penulisan ini merupakan sebua momem untuk merefleks teori kualitatif ilmiah, agar menjadi desains dalam dunia global sa’at-sa’at ini. Dan tujuan ini pula berniat untuk membangun maha siswa-maha siswi di bumi darussala ambon menjadi maha siswa yang berbakat dan berkualitas



BAB II

METODE PRAKTEK

2.1. Metode dan Bahan Praktekum.

Metode yang di gunakan dalam praktekum ini diantaranya adalah dengan mengunakan metode observasi dan pengamatan langsung di lapangan, dimana mahasiswa di dterjunkan langsung setelah pengarahan dari dosen pembimbing matakuliah. Mahasiswa mengamati beberapa jenis filum dan habitatnya pada Desa Rupaitu Atas. Jenis filum yang di amati tersebut adalah : Jamur (Fungi ), Paku-pakuan ( Decaphordium Carnium) dan Alga ( Algae).

Didalam praktekum ini di gunakan beberapa bahan untuk dapat mrngukur suhu, ph tanah dan ph air dan yang lainnya pada daerah pengamatan, dengan demikian bahan yang berkaitan dengan hal trersebut adalah :

a. Lux meter

b. Thermohigro

c. Kompas

d. GPS

e. Lactmus

Peralatan pemantauan sangat berguna untuk mengukur berbagai macam parameter aktual operasi peralatan energi dan membandingkannya dengan parameter desain untuk menentukan jika efisiensi energi dapat ditingkatkan. Atau peralatan pemantauan dapat digunakan untuk mengidentifikasi pengukuran steam atau kebocoran udara tekan. Parameter yang sering dipantau selama pengkajian energi adalah :

§ Parameter dasar listrik pada sistem AC & DC : tegangan (V), arus (I), faktor daya, daya aktif

(kW), kebutuhan maksimum (kVA), daya reaktif (kVAr), pemakaian energi (kWh), frekuensi

(Hz), harmonic, dan lain sebagainya.

§ Parameter selain listrik : suhu dan aliran panas, radiasi, udara dan aliran gas, aliran cairan,

putaran per menit (RPM), kecepatan udara, kebisingan dan getaran, konsentrasi debu, total

padatan terlarut (TDS), pH, kadar air, kelembaban, analisa gas buang (CO2, O2, CO, Sox,

NOx), efisiensi pembakaran, dll.

2.2. Waktu dan Lokasi Praktekum

Waktu praktekum pada tempat praktek berkisar antara jam 10.00-12, pada jam 12.00 kegiata praktek di selesaikan, karena hasil pengamatan pada daerah Rupaitu telah berakhir pada jam yang suda di tentukan oleh dosen pengasu matakuliah. Lokasi praktekum terletak pada kecamatan Tulehu desa Rupaitu Kabupaten Maluku Tengah. Jarak lokasi praktekum sekitar 2 km dari perumahan penduduk desa Rupaitu.

a. waktu

Waktu pelaksanaan praktekkum ini di laksanakan pada hari/tanggal Rabu /26 -01-2011

b. Lokasi

Praktekun ini di laksanakan di Desa Rupaitu kecamatan tulehu

2.3. Pengumpulan Data dan Tabulasi

Kegiatan pengumpulan data pada prinsipnya merupakan kegiatan penggunaan metode dan instrumen yang telah ditentukan dan reliabilitasnya. Secara sederhana, pengumpulan data diartikan sebagai proses atau kegiatan yang dilakukan peneliti untuk mengungkap atau menjaring berbagai fenomena, informasi atau kondisi lokasi penelitian sesuai dengan lingkup penelitian. Dalam prakteknya, pengumpulan data ada yang dilaksanakan melalui pendekatan penelitian kuantitatif dan kualitatif. Dengan kondisi tersebut, pengertian pengumpulan data diartikan juga sebagai proses yang menggambarkan proses pengumpulan data yang dilaksanakan dalam tempat penelitian, dengan demikian pengumpulan data yang digunakan dalan kegiatan praktekum ini adalah pengumpulan data secara akpmudasi.







BAB III

GAMBARAN UMUM

3.1. Gambaran Umum Lokasi Praktek

Lokasi praktek terdapat pada wilayah air panas tulehu Desa Rupaitu, lokasi tersebut sangat strategis digunakan untuk mengamati tumbuhan-tumbuhan renda seperti jamur dan alga, batas lokasi praktek antara Hornala dengan Rupaitu.

1. Kondisi Lahan

a. Lahan

Lahan yang digunakan bersifat kelembaban, dimana agar bias tumbuhan jamur alga dan paku-pakuan bias hidup dengan baik. Habitat ini biasanya banyak ditemukan pada daerah pelembaban seperti rawa, kolam dan lahan-lahan yang beriklim rendah.

b. Kondisi Tana

Tanah merupakan media tumbuh dan berkembangnya tanaman. Kondisi tanah yang secara langsung berpengaruh terhadap tanaman adalah kesuburan. Adapun yang menjadi parameter kesuburan tanah antara lain kandungan humus atau bahan organik, unsur hara, tekstur dan struktur tanah, serta ketersediaan air dalam pori-pori tanah. Tanah-tanah yang subur, seperti jenis tanah vulkanis dan andosol merupakan media optimal bagi pertumbuhan tanaman.

c. Suhu

Daerah-daerah yang berada pada zona lintang iklim tropis, menerima penyinaran matahari setiap tahunnya relatif lebih banyak jika dibandingkan dengan wilayah-wilayah lainnya. Selain posisi lintang, faktor kondisi geografis lainnya yang mempengaruhi tingkat intensitas penyinaran matahari antara lain kemiringan sudut datang sinar matahari, ketinggian tempat, jarak suatu wilayah dari permukaan laut, kerapatan penutupan lahan dengan tumbuhan, dan kedalaman laut.
Kondisi suhu udara sangat berpengaruh terhadap kehidupan hewan dan tumbuhan, karena berbagai jenis spesies memiliki persyaratan suhu lingkungan hidup ideal atau optimal, serta tingkat toleransi yang berbeda-beda di antara satu dan lainnya. Pada wilayah-wilayah yang memiliki suhu udara tidak terlalu dingin atau panas merupakan habitat yang sangat baik atau optimal bagi sebagian besar kehidupan organisme, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Hal ini disebabkan suhu yang terlalu panas atau dingin merupakan salah satu kendala bagi makhluk hidup.

d. Iklim

Iklim pada daerah praktekum yakni pada Desa Rupaitu kecamatan tulehu, beriklim tropis . Oleh karena itu, persebaran flora dan fauna pada kedua wilayah ini sangat minim baik dari jumlah maupun jenisnya. Sebaliknya, daerah tropis merupakan wilayah yang optimal bagi kehidupan flora dan fauna. Faktor-faktor iklim yang berpengaruh terhadap persebaran makhluk hidup di permukaan bumi ini

2. Aksebilitas

Aksesibilitas adalah derajat kemudahan dicapai oleh orang, terhadap suatu objek, pelayanan ataupun lingkungan. Dengan demikian pengamatan oservasi tersebut di kawasan itu adalah tidak lari dari tumbukan tingkat rendah, yakni Fungi dan Algae.

3. Kondidi Penduduk

Kodisi penduduk pada Desa Rupaitu relefan dengan kehidupan bertani dan nelayan, namun demikian penduduk tersebut tidak dapat terpisa sari struktur geografisnya, banyak masyarakat Desa Rupaitu senang sekali untuk digunakan lahan di wilayah tersebut ebagai lahan praktek.

4. Penggunaan Lahan

Lahan yang digunakan untuk tempat praktek hanya berkisar antara 100-200 meter persegi

5. Peta Lokasi Praktek








BAB IV

PEMBAHASAN


4.1. Tabel Hasil Praktekum

1. Jamur ( Fungi)

No Plot


Nama Lokal


Nama Latin


pH Tanah


pH air


Suhu


Ket

1


Jamur kancing


Champingnon


5,2


44,03


lembab



2


Jamur kuping


Auricularia


Ø


Ø


Ø



3


Jamur tiram


Peurotus


Ø


Ø












Gambar 1.1 Jamur Kancing Gambar 1.2 Jamur Kupin Gambar1.3 Jamur Tiram

2. Alga ( Algae)

No Plot


Nama Lokal


Nama Latin


pH Tanah


pH air


Suhu


Ket

1


Alga Hijau


Clorophyta


5,2


44,03








Gamban 2.1 Alga Hijau


3.Lumut (Bryophyta)

No Plot


Nama Lokal


Nama Latin


pH Tanah


pH air


Suhu


Ket

1


Lumut Tanduk


Phaeophyta


5,2


44,03


lembab



2


Lumut hati


Marchantiophyta


Ø


Ø


Ø



3


Lumut Sejati


Bryophyta


Ø


Ø











Gambar 3.1 Lumut Pirang Gambar 3.2 Lumut Hati Gambar 3.3 Lumut Sejati

4.2. Rincian Pembahasan

A. Jamur ( Fungi )

Kita telah mengenal jamur dalam kehidupan sehari-hari meskipun tidak sebaik tumbuhan lainnya. Hal itu disebabkan karena jamur hanya tumbuh pada waktu tertentu, pada kondisi tertentu yang mendukung, dan lama hidupnya terbatas. Sebagai contoh, jamur banyak muncul pada musim hujan di kayu-kayu lapuk, serasah, maupun tumpukan jerami. namun, jamur ini segera mati setelah musim kemarau tiba. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia telah mampu membudidayakan jamur dalam medium buatan, misalnya jamur merang, jamur tiram, dan jamur kuping.



2.2. Ciri-ciri Umum jamur


Jamur merupakan kelompok organisme eukariotik yang membentuk dunia jamur atau regnum fungi. Jamur pada umumnya multiseluler (bersel banyak). Ciri-ciri jamur berbeda dengan organisme lainnya dalam hal cara makan, struktur tubuh, pertumbuhan, dan reproduksinya.


1. Struktur Tubuh


Struktur tubuh jamur tergantung pada jenisnya. Ada jamur yang satu sel, misalnyo khamir, ada pula jamur yang multiseluler membentuk tubuh buah besar yang ukurannya

mencapai satu meter, contohnyojamur kayu. Tubuh jamur tersusun dari komponen dasar yang disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang disebut miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah.

Hifa adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari dinding berbentuk pipa. Dinding ini menyelubungi membran plasma dan sitoplasma hifa. Sitoplasmanya mengandung organel eukariotik.

Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Septa mempunyai pori besar yang cukup untuk dilewati ribosom, mitokondria, dan kadangkala inti sel yang mengalir dari sel ke sel. Akan tetapi, adapula hifa yang tidak bersepta atau hifa senositik.

Struktur hifa senositik dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali-kali yang tidak diikuti dengan pembelahan sitoplasma. Hifa pada jamur yang bersifat parasit biasanya mengalami modifikasi menjadi haustoria yang merupakan organ penyerap makanan dari substrat; haustoria dapat menembus jaringan substrat.


2. Cara Makan dan Habitat Jamur


Semua jenis jamur bersifat heterotrof. Namun, berbeda dengan organisme lainnya, jamur tidak memangsa dan mencernakan makanan. Clntuk memperoleh makanan, jamur menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya, kemudian menyimpannya dalam bentuk glikogen. Oleh karena jamur merupakan konsumen maka jamur bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan senyawa kimia lainnya. Semua zat itu diperoleh dari lingkungannya. Sebagai makhluk heterotrof, jamur dapat bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, atau saprofit..


a. Parasit obligat

Merupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup pada inangnya,

sedangkan di luar inangnya tidak dapat hidup. Misalnya, Pneumonia

carinii (khamir yang menginfeksi paru-paru penderita AIDS).


b. Parasit fakultatif

Adalah jamur yang bersifat parasit jika mendapatkan inang yang

sesuai, tetapi bersifat saprofit jika tidak mendapatkan inang yang

cocok.


c. Saprofit

Merupakan jamur pelapuk dan pengubah susunan zat organik yang

mati. Jamur saprofit menyerap makanannya dari organisme yang telah

mati seperti kayu tumbang dan buah jatuh. Sebagian besar jamur

saprofit mengeluar-kan enzim hidrolase pada substrat makanan untuk

mendekomposisi molekul kompleks menjadi molekul sederhana sehingga

mudah diserap oleh hifa. Selain itu, hifa dapat juga langsung

menyerap bahanbahan organik dalam bentuk sederhana yang

dikeluarkan oleh inangnya.

Cara hidup jamur lainnya adalah melakukan simbiosis mutualisme. Jamur yang hidup bersimbiosis, selain menyerap makanan dari organisme lain juga menghasilkan zat tertentu yang bermanfaat bagi simbionnya. Simbiosis mutualisme jamur dengan tanaman dapat dilihat pada mikoriza, yaitu jamur yang hidup di akar tanaman kacang-kacangan atau pada liken.

Jamur berhabitat pada bermacammacam lingkungan dan berasosiasi dengan banyak organisme. Meskipun kebanyakan hidup di darat, beberapa jamur ada yang hidup di air dan berasosiasi dengan organisme air. Jamur yang hidup di air biasanya bersifat parasit atau saprofit, dan kebanyakan dari kelas Oomycetes.


3. Pertumbuhan dan Reproduksi


Reproduksi jamur dapat secara seksual (generatif) dan aseksual (vegetatif). Secara aseksual, jamur menghasilkan spora. Spora jamur berbeda-beda bentuk dan ukurannya dan biasanya uniseluler, tetapi adapula yang multiseluler. Apabila kondisi habitat sesuai, jamur memperbanyak diri dengan memproduksi sejumlah besar spora aseksual. Spora aseksual dapat terbawa air atau angin. Bila mendapatkan tempat yang cocok, maka spora akan berkecambah dan tumbuh menjadi jamur dewasa.

Reproduksi secara seksual pada jamur melalui kontak gametangium dan konjugasi. Kontak gametangium mengakibatkan terjadinya singami, yaitu persatuan sel dari dua individu. Singami terjadi dalam dua tahap, tahap pertama adalah plasmogami (peleburan sitoplasma) dan tahap kedua adalah kariogami (peleburan inti). Setelah plasmogami terjadi, inti sel dari masing-masing induk bersatu tetapi tidak melebur dan membentuk dikarion. Pasangan inti dalam sel dikarion atau miselium akan membelah dalam waktu beberapa bulan hingga beberapa tahun. Akhimya inti sel melebur membentuk sel diploid yang segera melakukan pembelahan meiosis.


B. Alga ( Algae)


Didalam lautan terdapat bermacam-macam mahluk hidup baik berupa tumbuhan air maupun hewan air. Salah satu mahluk hidup yang tumbuh dan berkembang di laut adalah alga. Ada tiga divisi alga laut yaitu Cholorophyta (900 spesies), Phaeophyta (1000 spesies), dan Rhodophyta (2500 spesies).

Istilah alga pertama kali diperkenalkan oleh Linnaeus pada tahun 1754. pada mulanya penjelasan dijalankan berdasarkan warna. Penjelasan alga berdasarkan kepada ciri-ciri berikut :

1. Pigmen fotosintesis seperti klorofil dan karotenoid.

2. Komponen dinding sel

Bahan dinding sel terdiri dri polisakarida, lipid dan bahan protein. Komponen khusus yang mencirikan dinding sel termasuk asam poliuronat, asam alginat (Phaeophyta), asam fusinat (banyak terdapat pada Phaeophyta) dan komponen mukopeptida (Cynophyta). Ciri khas yang terdapat pada Chrysophyta ialah mempunyai dinding sel yang bersilika.

3. Aspek struktur sel

- Ketiadaan membran yang memisahkan nukleus

- Pembagian nukleus tidak berlaku secara mitosis seperti yang berlaku pada eukariot.

- Adanya dinding sel yang melindungi mukopeptida tertentu sebagai komponen yang menguatkannya.

1. Alga Hijau

Hanya kira-kira 10% dari 7000 spesies alga hijau (Divisi Chlorophyta) ditemukan dilaut, selebihnya diair tawar. Dikenali dengan warna hijau rumput yang dihasilkan adanya klorofil a dan b yang lebih dominan dibanding pigmen lain. Pigmen-pigmen terdapat dalam plastid dan sangat tahan terhadap cahaya panas. Dinding sel lapisan luar terbentuk dari bahan pektin sedangkan lapisan dalam dari selulosa. Contohnya : Entermorpha, Caulerpa, Halimeda dan Spirulina. Spirulina adalah salah satu jenis alga hijau biru, seringkali ditemukan pada air payau yang bersifat alkalis. Berdasarkan tempat asalnya, terdapat dua jenis Spirulina yaitu Spirulina yang tumbuh di Meksiko dikenal dengan Spirulina maxima dan Spirulina yang tumbuh di Afrika dikenal dengan Spirulina platensis.

Menurut Tseng (1987) Spirulina platensis termasuk alga hijau biru yang mempunyai panjang 50-500 mikiron dan lebar 8-10 mikron. Alga S.platensis berbentuk spiral dan memiliki sel yang tipis serta tidak berselaput inti. Sel S.platensis mengandung kloroplas, kromatophora dan pigmen yang tersebar dalam sitoplasma. Jenis alga S.platensis yang berukuran kecil mempunyai diameter sel

1-3 mikron dengan sitoplasma homogen.

2. Alga Coklat

Hampir 1000 spesies hidup di laut. Warna kuning dihasilkan oleh pigmenfukoxantin (xanthos ”coklat”). Pigmen terkandung didalam plastid. Memiliki dindingh sel lapisan luar dari bahan pektin (terutama alginat) sedangkan lapisandalam dari bahan selulosa. Kebanyakan spesies mempunyai kantong udara dan pembiakannya secara seksual atau aseksual. Contohnya : Ectocarpus, Dictyota,Padina, Kelpa Laminaria, Nereocystis, Alaria dan Agarum.

3. Alga Merah

Terdapat 3000 spesies alga merah (divisi Rhodophyta) ditemukan di laut. Warna merah dihasilkan oleh pigmen merah yang dominan yaitu fikoeritrin. Memiliki dinding sel selulosa dan sangat peka terhadap cahaya. Pigmen merah mampu menyerap cahaya biru dan ungu. Kebanyakan ditemui di air dalam danberfilamen dengan ketebalan, lebar aturan filamen yang berbeda. Contohnya : Gigartina, Porphyra.

4. Kegunaan alga

Ditinjau secara biologi, alga merupakan kelompok tumbuhan yangberklorofil yang terdiri dari satu atau banyak sel dan berbentuk koloni. Didalam alga terkandung bahan-bahan organik seperti polisakarida, hormon, vitamin, mineral dan juga senyawa bioaktif. Sejauh ini, pemanfaatan alga sebagai komoditi perdagangan atau bahan baku industri masih relatif kecil jika dibandingkan

dengan keanekaragaman jenis alga yang ada di Indonesia. Padahal komponen kimiawi yang terdapat dalam alga sangat bermanfaat bagi bahan baku industri makanan, kosmetik, farmasi dan lain-lain.

Berbagai jenis alga seperti Griffithsia, Ulva, Enteromorpna, Gracilaria, Euchema, dan Kappaphycus telah dikenal luas sebagai sumber makanan seperti salad rumput laut atau sumber potensial karagenan yang dibutuhkan oleh industri gel. Begitupun dengan Sargassum, Chlorela/Nannochloropsis yang telah dimanfaatkan sebagai adsorben logam berat, Osmundaria, Hypnea, dan Gelidium sumber senyawa bioaktif, Laminariales atau Kelp dan Sargassum Muticum yang mengandung senyawa alginat yang berguna dalam industri farmasi. Pemanfaatan berbagai jenis alga yang lain adalah sebagai penghasil bioetanol dan biodiesel ataupun sebagai pupuk organik.

C. Lumut (Bryophyta)

Tumbuhan lumut merupakan sekumpulan tumbuhan kecil yang termasuk dalam divisio Bryophyta (dari bahasa Yunani bryum, "lumut").

Tumbuhan ini sudah menunjukkan diferensiasi tegas antara organ penyerap hara dan organ fotosintetik namun belum memiliki akar dan daun sejati. Kelompok tumbuhan ini juga belum memiliki pembuluh sejati. Alih-alih akar, organ penyerap haranya adalah rizoid (harafiah: "serupa akar"). Daun tumbuhan lumut dapat berfotosintesis. Tumbuhan lumut merupakan tumbuhan pelopor, yang tumbuh di suatu tempat sebelum tumbuhan lain mampu tumbuh. Ini terjadi karena tumbuhan lumut berukuran kecil tetapi membentuk koloni yang dapat menjangkau area yang luas. Jaringan tumbuhan yang mati menjadi sumber hara bagi tumbuhan lumut lain dan tumbuhan yang lainnya.

Dalam bahasa sehari-hari, istilah "lumut" dapat merujuk pada beberapa divisio. Klasifikasi lama pun menggabungkan pula lumut hati dan lumut tanduk ke dalam Bryophyta, sehingga di dalam Bryophyta terangkum lumut tanduk, lumut hati, dan lumut sejati (Musci). Namun, perkembangan dalam taksonomi tumbuhan menunjukkan bahwa penggabungan ini parafiletik, sehingga diputuskan untuk memisahkan lumut hati dan lumut tanduk ke luar dari Bryophyta.

Chlorophyta, alga hijau; beberapa alga hijau yang berwujud berkas-berkas memanjang tanpa memperlihatkan spesifikasi organ yang jelas dapat disebut lumut

* Anthocerophyta, lumut tanduk; yaitu semacam lumut hati namun memiliki organ sporofor berbentuk tanduk
* Marchantiophyta, lumut hati; yaitu lumut yang berwujud seperti piringan datar berlapis menutupi permukaan batu atau dinding
* Bryophyta, lumut sejati; yaitu tumbuhan lumut yang terlihat memiliki pembagian organ yang jelas


BAB V

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Kita telah mengenal jamur dalam kehidupan sehari-hari meskipun tidak sebaik tumbuhan lainnya. Hal itu disebabkan karena jamur hanya tumbuh pada waktu tertentu, pada kondisi tertentu yang mendukung, dan lama hidupnya terbatas. Sebagai contoh, jamur banyak muncul pada musim hujan di kayu-kayu lapuk, serasah, maupun tumpukan jerami. namun, jamur ini segera mati setelah musim kemarau tiba. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia telah mampu membudidayakan jamur dalam medium buatan, misalnya jamur merang, jamur tiram, dan jamur kuping.

Alga (jamak Algae) adalah sekelompok organisme autotrof yang tidak memiliki organ dengan perbedaan fungsi yang nyata. Alga bahkan dapat dianggap tidak memiliki "organ" seperti yang dimiliki tumbuhan (akar, batang, daun, dan sebagainya). Karena itu, alga pernah digolongkan pula sebagai tumbuhan bertalus.

Istilah ganggang pernah dipakai bagi alga, namun sekarang tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan kekacauan arti dengan sejumlah tumbuhan yang hidup di air lainnya, seperti Hydrilla.

Dalam pustaka-pustaka lama, alga selalu gagal diusahakan masuk dalam satu kelompok, baik yang bersel satu maupun yang bersel banyak. Salah satu contohnya adalah pemisahan alga bersel satu (misalnya Euglena ke dalam Protozoa) dari alga bersel banyak (ke dalam Thallophyta). Belakangan disadari sepenuhnya bahwa pengelompokan sebagai satu klad tidak memungkinkan bagi semua alga, bahkan setelah dipisahkan berdasarkan organisasi selnya, karena sebagian alga bersel satu lebih dekat berkerabat dengan alga bersel banyak tertentu.

Daun tumbuhan lumut dapat berfotosintesis. Tumbuhan lumut merupakan tumbuhan pelopor, yang tumbuh di suatu tempat sebelum tumbuhan lain mampu tumbuh. Ini terjadi karena tumbuhan lumut berukuran kecil tetapi membentuk koloni yang dapat menjangkau area yang luas. Jaringan tumbuhan yang mati menjadi sumber hara bagi tumbuhan lumut lain dan tumbuhan yang lainnya.


3.2. Saran.

Llaporan in bersifat deskriptif dimana karyah ini belum dapat sempurna sesuai dengan yanga aslinya,namun itu kami dari penulis mohon maaf atas kesalahan berupa kata-kata bahkan tulisannya, dengan demikian Kami dari penulis juga mohon diberi saran dan keritikan yang bersifat ilmiah dalam hal untuk membangun agar Kami dapat memperbaiki di masa yang akan datang, dan muda-mudahan karyah ini akan bermanfaat bagi Kita dan generasi yang akan datang.

Penulis menyarankan kepada pembaca bahwa,

1. Karakter orang cerdas adalah tidak bosan membaca, maka Kami mengajak para pembaca Jangan cepat-cepat bosan dalam hal membaca dan mengkaji.

2. Belajar untuk mengaji karyah orang lain adalah hal yang muda, tapi sulit untuk di perjelaskan.

3. Kesulitan dalam berkomonikasi adalah orang yang malas membaca dan mendefenisikan karya orang lain.

DAFTAR PUSTAKA


Bold, H. C. 1978. Introduction to The Algae. Jakarta: Penebar swadaya.

Campbell, N. A. 1991. Biology. Jakarta: Erlangga.

Delimartha, S. 1998. Ramua Tradisional Untuk Pengobatab Hepatitis. Jakarta: Penebar Swadaya.


Ciferri, O. 1983. Spirulina, The Edible Microorganism. Microbiological

Reviews. 47 (4) : 551-578.

Fogg, W.D. Stewart., P. Fay, and E. Wolsky. 1973. The Blue Green Alga.

Academic Press. London. 499 pp.

Gautam, M,. et al. 2000. Indonesia The Chalenges of World Bank

Involvement in Forest. Evaluation Country Case Study Series. The World

Bank. Washington, D.C. 64 pp.

http://www.wityroi-persena.con

Www//http://id.Wikipedia.org/wiki/Lumut.

Www//http://id.wikipedia.org/wiki/Fungi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar