Kamis, 27 Januari 2011

LAPORAN BTR

KATA PENGANTAR


Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan dengan judul ”Fungi, Algae dan Bryophyta”. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurna, sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan guna untuk memperbaik karyah ini agar dapat mempunyai manfaat bagi Kita sekalian. Dan dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan pada masa ini maka sumber intelektual yang sangat di harapkan demi menuju indonesia yang makmur dansejahtera.

Ucapan terimahkasih Kami sempaikan kepada Ibu, muda-mudahan ilmu yang Ibu berikan punya makna yang sangat besar bagi kami. Dan muda-mudaham Ibu di beri safaat oleh Tuhan Yang maha Esa Allah SWT.












DAFTAR ISI

Halaman Judul……………………………………………………………………………………i

Kata Pengantar……………………………………………………………………………..……ii

Daftar Isi…………………………………………………………………………...…………….iii

BAB I. PENDHULUAN………………………………………………………….1

1.1. Latar Belakang…………………………………………………………...2

1.2. Permasalahan…………………………………………………………….2

1.3. Tujuan Penulisan………………...………………………………….…...2

BAB II. METODE PRAKTEK………………………………………….......……3

2.1 Metode dan Bahan Praktekum……………………………………….…3

2.2. Waktu dan Lokasi Praktekum………………………………………….….4

2.3 Pengumpulan Data dan Tabulasi…………………………………...……..4


BAB III. GAMBARAN UMUM…………………………………………...……...5

3.1. Gambaran Umum Lokasi Praktek……………………….……………..5

1. Kondisi Lahan…………………………………………………………5

2. Aksebilitas……………………………………………………………..6

3. Peta Lokasi Praktek……………………………………………………6

BAB IV. PEMBAHASAN……………………………………………………..……7

4.1. Tabel Hasil Praktekum………………………………….…………………7

1. Jamur ( Fungi)………………………………………………….……….7

2. Alga ( Algae )…………………………………………..……………….7

3. Lumut (Bryophyta)……………………………………………….…….8

4.2. Rincian Pembahasan……………………………..………………………..8

A. Jamur ( Fungi )…………………………………………………...…….8

1. Ciri-ciri Umum Jamur…………………..………………………9

2. Struktur Tubuh Jamr……………………………………………9

3.Cara Makan dan Habitat Jamut…………………………………9

4. Pertumbuhan dan Reproduksi Jamur……………….…………11

B. Alga ( Algae )………………………………………………...……….11

1.Alga Hijau (Clorophyta)……………………………………….12

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………..xiii



BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. Pendahuluan

Jamur dalam bahasa Indonesia sehari-hari mencakup beberapa hal yang agak berkaitan. Arti pertama adalah semua anggota kerajaan Fungi dan beberapa organisme yang pernah dianggap berkaitan, Seperti jamur lendir dan "jamur belah" (Bacteria). Arti kedua berkaitan dengan sanitasi dan enjadisinonim bagi kapang. Arti terakhir, yang akan dibahas dalam artikel ini, adalah tubuh buah yang lunakatau tebal dari sekelompok anggota Fungi (terutama Basidiomycetes) yang biasanya muncul dari permukaan tanah atau substrat tumbuhnya. Pengertian terakhir ini berkaitan dengan nilai ekonomi jamur sebagai bahan pangan, sumber racun, atau bahan pengobatan. Bentuk umum jamur biasanya adalah seperti payung,alaupun ada juga yang tampak seperti piringan.

Beberapa jamur aman dimakan manusia bahkan beberapa dianggap berkhasiat obat, seperti jamur merang (Volvariela volvacea), jamur tiram (Pleurotus), jamur kuping (Auricularia polytricha), jamur kancing atau champignon (Agaricus campestris), dan jamur shiitake (Lentinus edulis). Jamur yang beracun contohnya adalah Amanita muscaria, dan jamur yang dikenal sebagai "destroying angel".

Meskipun kejadian paling umum dari Alga di air tawar, darat, dan habitat udara, tanaman ini di mana-mana dan banyak beradaptasi dengan lingkungan payau dan laut sangat beragam. Mereka biasanya tidak mencolok dalam benthos laut dibandingkan dengan hijau yang lebih besar dan lebih berlimpah, coklat, dan ganggang merah, tetapi mereka cukup banyak bahwa hampir semua koleksi dari wilayah laut akan berisi beberapa dari mereka. Jumlah spesies laut otonom diperkirakan lebih dari dua kali lipat dari

terestrial.
Sedangkan kelompok lain alga bentik mengandung sejumlah besar bentuk, dari unicells sangat sederhana atau filamen untuk thalli sangat kompleks, laut biru-hijau makan jelas dibatasi oleh negara mereka yang masih rendah diferensiasi sel dan organisasi talus. Tidak ada yang lebih kompleks daripada bercabang, filamen uniseriate terjadi, dan ada ketiadaan umum organ reproduksi jelas dibedakan. Semua tanaman secara individual mikroskopis. Anggota sederhana adalah uniseluler, tapi biasanya digabungkan dalam mucilaginous, koloni palmelloid. Sebagian besar spesies terjadi sebagai sederhana, filamen uniseriate, umumnya dalam sarungnya mucilaginous atau agar-agar berlapis dan berwarna. Sel-sel tersebut biasanya diberikan dengan pigmen kebiruan-hijau, meskipun bentuk kemerahan keunguan dan tidak jarang. diferensiasi nuklir adalah tatanan yang sangat rendah, dan tidak ada bukti tertentu reproduksi seksual telah diperoleh. Yang ada unsur reproduksi flagellated dalam kelompok.
Ganggang biru-hijau memberikan kesan menjadi satu himpunan kuno tanaman, dan walaupun ada sedikit, jika ada, catatan tertentu contoh fosil (karena kurangnya bagian keras mudah diawetkan), ada bukti terjadinya luas mereka di beberapa Proterozoikum strata yang tertua. Ini mengambil bentuk deposito gampingan dan silicious dari tufa, napal, dan sinter yang ternyata merupakan endapan mineral oleh koloni filamen kuno mirip dengan yang sekarang terkenal di mata air panas-lingkungan.

1.1. Latar Belakang

Dalam penulisan laporan ini Kami menggunakan media Elektronik (internet) dan buku-buku panduan lain refrensi pengambilan teori, dengan demikian yang menjadi pokok utama yang melatar belakangi Kami disini adalah bagaimana, kami dapat mendefenisikan teori dalam bentuk karyah ilmiah. Dalam sistem website ini juga merupakan sebagian dari media perlengkapan teori untuk mempermudakan peminat, pembaca, dan bahkan layanan umum, untuk dapat mengambil teori yang dibutuhkan, yakni sebagai refrensi untuk mengulas sebagaimana deskriptif.

1.2. Permasalahan

Yang menjadi pokok permasalahan kami disini adalah:

1. Kami tidak dapat mengenterfiu filum yang tertera pada kokasi praktek karna kekurangan alat praktek

2. Jamur,Alaga dan tumbuhan paku yang berhabiat padalokasi praktek tidak mendominan sehinggapraktek tidak berjalan esuai ekanisme

1.3.Tujuan Penulisan

Uraian materi respirasi dan system respirasi ini bertujuan untuk memotivkan para maha siswa dan maha siswi agar dapat megetahui dan menaplikasikan ilmu ini dengan baik, dan tujua penulisan ini merupakan sebua momem untuk merefleks teori kualitatif ilmiah, agar menjadi desains dalam dunia global sa’at-sa’at ini. Dan tujuan ini pula berniat untuk membangun maha siswa-maha siswi di bumi darussala ambon menjadi maha siswa yang berbakat dan berkualitas



BAB II

METODE PRAKTEK

2.1. Metode dan Bahan Praktekum.

Metode yang di gunakan dalam praktekum ini diantaranya adalah dengan mengunakan metode observasi dan pengamatan langsung di lapangan, dimana mahasiswa di dterjunkan langsung setelah pengarahan dari dosen pembimbing matakuliah. Mahasiswa mengamati beberapa jenis filum dan habitatnya pada Desa Rupaitu Atas. Jenis filum yang di amati tersebut adalah : Jamur (Fungi ), Paku-pakuan ( Decaphordium Carnium) dan Alga ( Algae).

Didalam praktekum ini di gunakan beberapa bahan untuk dapat mrngukur suhu, ph tanah dan ph air dan yang lainnya pada daerah pengamatan, dengan demikian bahan yang berkaitan dengan hal trersebut adalah :

a. Lux meter

b. Thermohigro

c. Kompas

d. GPS

e. Lactmus

Peralatan pemantauan sangat berguna untuk mengukur berbagai macam parameter aktual operasi peralatan energi dan membandingkannya dengan parameter desain untuk menentukan jika efisiensi energi dapat ditingkatkan. Atau peralatan pemantauan dapat digunakan untuk mengidentifikasi pengukuran steam atau kebocoran udara tekan. Parameter yang sering dipantau selama pengkajian energi adalah :

§ Parameter dasar listrik pada sistem AC & DC : tegangan (V), arus (I), faktor daya, daya aktif

(kW), kebutuhan maksimum (kVA), daya reaktif (kVAr), pemakaian energi (kWh), frekuensi

(Hz), harmonic, dan lain sebagainya.

§ Parameter selain listrik : suhu dan aliran panas, radiasi, udara dan aliran gas, aliran cairan,

putaran per menit (RPM), kecepatan udara, kebisingan dan getaran, konsentrasi debu, total

padatan terlarut (TDS), pH, kadar air, kelembaban, analisa gas buang (CO2, O2, CO, Sox,

NOx), efisiensi pembakaran, dll.

2.2. Waktu dan Lokasi Praktekum

Waktu praktekum pada tempat praktek berkisar antara jam 10.00-12, pada jam 12.00 kegiata praktek di selesaikan, karena hasil pengamatan pada daerah Rupaitu telah berakhir pada jam yang suda di tentukan oleh dosen pengasu matakuliah. Lokasi praktekum terletak pada kecamatan Tulehu desa Rupaitu Kabupaten Maluku Tengah. Jarak lokasi praktekum sekitar 2 km dari perumahan penduduk desa Rupaitu.

a. waktu

Waktu pelaksanaan praktekkum ini di laksanakan pada hari/tanggal Rabu /26 -01-2011

b. Lokasi

Praktekun ini di laksanakan di Desa Rupaitu kecamatan tulehu

2.3. Pengumpulan Data dan Tabulasi

Kegiatan pengumpulan data pada prinsipnya merupakan kegiatan penggunaan metode dan instrumen yang telah ditentukan dan reliabilitasnya. Secara sederhana, pengumpulan data diartikan sebagai proses atau kegiatan yang dilakukan peneliti untuk mengungkap atau menjaring berbagai fenomena, informasi atau kondisi lokasi penelitian sesuai dengan lingkup penelitian. Dalam prakteknya, pengumpulan data ada yang dilaksanakan melalui pendekatan penelitian kuantitatif dan kualitatif. Dengan kondisi tersebut, pengertian pengumpulan data diartikan juga sebagai proses yang menggambarkan proses pengumpulan data yang dilaksanakan dalam tempat penelitian, dengan demikian pengumpulan data yang digunakan dalan kegiatan praktekum ini adalah pengumpulan data secara akpmudasi.







BAB III

GAMBARAN UMUM

3.1. Gambaran Umum Lokasi Praktek

Lokasi praktek terdapat pada wilayah air panas tulehu Desa Rupaitu, lokasi tersebut sangat strategis digunakan untuk mengamati tumbuhan-tumbuhan renda seperti jamur dan alga, batas lokasi praktek antara Hornala dengan Rupaitu.

1. Kondisi Lahan

a. Lahan

Lahan yang digunakan bersifat kelembaban, dimana agar bias tumbuhan jamur alga dan paku-pakuan bias hidup dengan baik. Habitat ini biasanya banyak ditemukan pada daerah pelembaban seperti rawa, kolam dan lahan-lahan yang beriklim rendah.

b. Kondisi Tana

Tanah merupakan media tumbuh dan berkembangnya tanaman. Kondisi tanah yang secara langsung berpengaruh terhadap tanaman adalah kesuburan. Adapun yang menjadi parameter kesuburan tanah antara lain kandungan humus atau bahan organik, unsur hara, tekstur dan struktur tanah, serta ketersediaan air dalam pori-pori tanah. Tanah-tanah yang subur, seperti jenis tanah vulkanis dan andosol merupakan media optimal bagi pertumbuhan tanaman.

c. Suhu

Daerah-daerah yang berada pada zona lintang iklim tropis, menerima penyinaran matahari setiap tahunnya relatif lebih banyak jika dibandingkan dengan wilayah-wilayah lainnya. Selain posisi lintang, faktor kondisi geografis lainnya yang mempengaruhi tingkat intensitas penyinaran matahari antara lain kemiringan sudut datang sinar matahari, ketinggian tempat, jarak suatu wilayah dari permukaan laut, kerapatan penutupan lahan dengan tumbuhan, dan kedalaman laut.
Kondisi suhu udara sangat berpengaruh terhadap kehidupan hewan dan tumbuhan, karena berbagai jenis spesies memiliki persyaratan suhu lingkungan hidup ideal atau optimal, serta tingkat toleransi yang berbeda-beda di antara satu dan lainnya. Pada wilayah-wilayah yang memiliki suhu udara tidak terlalu dingin atau panas merupakan habitat yang sangat baik atau optimal bagi sebagian besar kehidupan organisme, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Hal ini disebabkan suhu yang terlalu panas atau dingin merupakan salah satu kendala bagi makhluk hidup.

d. Iklim

Iklim pada daerah praktekum yakni pada Desa Rupaitu kecamatan tulehu, beriklim tropis . Oleh karena itu, persebaran flora dan fauna pada kedua wilayah ini sangat minim baik dari jumlah maupun jenisnya. Sebaliknya, daerah tropis merupakan wilayah yang optimal bagi kehidupan flora dan fauna. Faktor-faktor iklim yang berpengaruh terhadap persebaran makhluk hidup di permukaan bumi ini

2. Aksebilitas

Aksesibilitas adalah derajat kemudahan dicapai oleh orang, terhadap suatu objek, pelayanan ataupun lingkungan. Dengan demikian pengamatan oservasi tersebut di kawasan itu adalah tidak lari dari tumbukan tingkat rendah, yakni Fungi dan Algae.

3. Kondidi Penduduk

Kodisi penduduk pada Desa Rupaitu relefan dengan kehidupan bertani dan nelayan, namun demikian penduduk tersebut tidak dapat terpisa sari struktur geografisnya, banyak masyarakat Desa Rupaitu senang sekali untuk digunakan lahan di wilayah tersebut ebagai lahan praktek.

4. Penggunaan Lahan

Lahan yang digunakan untuk tempat praktek hanya berkisar antara 100-200 meter persegi

5. Peta Lokasi Praktek








BAB IV

PEMBAHASAN


4.1. Tabel Hasil Praktekum

1. Jamur ( Fungi)

No Plot


Nama Lokal


Nama Latin


pH Tanah


pH air


Suhu


Ket

1


Jamur kancing


Champingnon


5,2


44,03


lembab



2


Jamur kuping


Auricularia


Ø


Ø


Ø



3


Jamur tiram


Peurotus


Ø


Ø












Gambar 1.1 Jamur Kancing Gambar 1.2 Jamur Kupin Gambar1.3 Jamur Tiram

2. Alga ( Algae)

No Plot


Nama Lokal


Nama Latin


pH Tanah


pH air


Suhu


Ket

1


Alga Hijau


Clorophyta


5,2


44,03








Gamban 2.1 Alga Hijau


3.Lumut (Bryophyta)

No Plot


Nama Lokal


Nama Latin


pH Tanah


pH air


Suhu


Ket

1


Lumut Tanduk


Phaeophyta


5,2


44,03


lembab



2


Lumut hati


Marchantiophyta


Ø


Ø


Ø



3


Lumut Sejati


Bryophyta


Ø


Ø











Gambar 3.1 Lumut Pirang Gambar 3.2 Lumut Hati Gambar 3.3 Lumut Sejati

4.2. Rincian Pembahasan

A. Jamur ( Fungi )

Kita telah mengenal jamur dalam kehidupan sehari-hari meskipun tidak sebaik tumbuhan lainnya. Hal itu disebabkan karena jamur hanya tumbuh pada waktu tertentu, pada kondisi tertentu yang mendukung, dan lama hidupnya terbatas. Sebagai contoh, jamur banyak muncul pada musim hujan di kayu-kayu lapuk, serasah, maupun tumpukan jerami. namun, jamur ini segera mati setelah musim kemarau tiba. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia telah mampu membudidayakan jamur dalam medium buatan, misalnya jamur merang, jamur tiram, dan jamur kuping.



2.2. Ciri-ciri Umum jamur


Jamur merupakan kelompok organisme eukariotik yang membentuk dunia jamur atau regnum fungi. Jamur pada umumnya multiseluler (bersel banyak). Ciri-ciri jamur berbeda dengan organisme lainnya dalam hal cara makan, struktur tubuh, pertumbuhan, dan reproduksinya.


1. Struktur Tubuh


Struktur tubuh jamur tergantung pada jenisnya. Ada jamur yang satu sel, misalnyo khamir, ada pula jamur yang multiseluler membentuk tubuh buah besar yang ukurannya

mencapai satu meter, contohnyojamur kayu. Tubuh jamur tersusun dari komponen dasar yang disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang disebut miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah.

Hifa adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari dinding berbentuk pipa. Dinding ini menyelubungi membran plasma dan sitoplasma hifa. Sitoplasmanya mengandung organel eukariotik.

Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Septa mempunyai pori besar yang cukup untuk dilewati ribosom, mitokondria, dan kadangkala inti sel yang mengalir dari sel ke sel. Akan tetapi, adapula hifa yang tidak bersepta atau hifa senositik.

Struktur hifa senositik dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali-kali yang tidak diikuti dengan pembelahan sitoplasma. Hifa pada jamur yang bersifat parasit biasanya mengalami modifikasi menjadi haustoria yang merupakan organ penyerap makanan dari substrat; haustoria dapat menembus jaringan substrat.


2. Cara Makan dan Habitat Jamur


Semua jenis jamur bersifat heterotrof. Namun, berbeda dengan organisme lainnya, jamur tidak memangsa dan mencernakan makanan. Clntuk memperoleh makanan, jamur menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya, kemudian menyimpannya dalam bentuk glikogen. Oleh karena jamur merupakan konsumen maka jamur bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan senyawa kimia lainnya. Semua zat itu diperoleh dari lingkungannya. Sebagai makhluk heterotrof, jamur dapat bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, atau saprofit..


a. Parasit obligat

Merupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup pada inangnya,

sedangkan di luar inangnya tidak dapat hidup. Misalnya, Pneumonia

carinii (khamir yang menginfeksi paru-paru penderita AIDS).


b. Parasit fakultatif

Adalah jamur yang bersifat parasit jika mendapatkan inang yang

sesuai, tetapi bersifat saprofit jika tidak mendapatkan inang yang

cocok.


c. Saprofit

Merupakan jamur pelapuk dan pengubah susunan zat organik yang

mati. Jamur saprofit menyerap makanannya dari organisme yang telah

mati seperti kayu tumbang dan buah jatuh. Sebagian besar jamur

saprofit mengeluar-kan enzim hidrolase pada substrat makanan untuk

mendekomposisi molekul kompleks menjadi molekul sederhana sehingga

mudah diserap oleh hifa. Selain itu, hifa dapat juga langsung

menyerap bahanbahan organik dalam bentuk sederhana yang

dikeluarkan oleh inangnya.

Cara hidup jamur lainnya adalah melakukan simbiosis mutualisme. Jamur yang hidup bersimbiosis, selain menyerap makanan dari organisme lain juga menghasilkan zat tertentu yang bermanfaat bagi simbionnya. Simbiosis mutualisme jamur dengan tanaman dapat dilihat pada mikoriza, yaitu jamur yang hidup di akar tanaman kacang-kacangan atau pada liken.

Jamur berhabitat pada bermacammacam lingkungan dan berasosiasi dengan banyak organisme. Meskipun kebanyakan hidup di darat, beberapa jamur ada yang hidup di air dan berasosiasi dengan organisme air. Jamur yang hidup di air biasanya bersifat parasit atau saprofit, dan kebanyakan dari kelas Oomycetes.


3. Pertumbuhan dan Reproduksi


Reproduksi jamur dapat secara seksual (generatif) dan aseksual (vegetatif). Secara aseksual, jamur menghasilkan spora. Spora jamur berbeda-beda bentuk dan ukurannya dan biasanya uniseluler, tetapi adapula yang multiseluler. Apabila kondisi habitat sesuai, jamur memperbanyak diri dengan memproduksi sejumlah besar spora aseksual. Spora aseksual dapat terbawa air atau angin. Bila mendapatkan tempat yang cocok, maka spora akan berkecambah dan tumbuh menjadi jamur dewasa.

Reproduksi secara seksual pada jamur melalui kontak gametangium dan konjugasi. Kontak gametangium mengakibatkan terjadinya singami, yaitu persatuan sel dari dua individu. Singami terjadi dalam dua tahap, tahap pertama adalah plasmogami (peleburan sitoplasma) dan tahap kedua adalah kariogami (peleburan inti). Setelah plasmogami terjadi, inti sel dari masing-masing induk bersatu tetapi tidak melebur dan membentuk dikarion. Pasangan inti dalam sel dikarion atau miselium akan membelah dalam waktu beberapa bulan hingga beberapa tahun. Akhimya inti sel melebur membentuk sel diploid yang segera melakukan pembelahan meiosis.


B. Alga ( Algae)


Didalam lautan terdapat bermacam-macam mahluk hidup baik berupa tumbuhan air maupun hewan air. Salah satu mahluk hidup yang tumbuh dan berkembang di laut adalah alga. Ada tiga divisi alga laut yaitu Cholorophyta (900 spesies), Phaeophyta (1000 spesies), dan Rhodophyta (2500 spesies).

Istilah alga pertama kali diperkenalkan oleh Linnaeus pada tahun 1754. pada mulanya penjelasan dijalankan berdasarkan warna. Penjelasan alga berdasarkan kepada ciri-ciri berikut :

1. Pigmen fotosintesis seperti klorofil dan karotenoid.

2. Komponen dinding sel

Bahan dinding sel terdiri dri polisakarida, lipid dan bahan protein. Komponen khusus yang mencirikan dinding sel termasuk asam poliuronat, asam alginat (Phaeophyta), asam fusinat (banyak terdapat pada Phaeophyta) dan komponen mukopeptida (Cynophyta). Ciri khas yang terdapat pada Chrysophyta ialah mempunyai dinding sel yang bersilika.

3. Aspek struktur sel

- Ketiadaan membran yang memisahkan nukleus

- Pembagian nukleus tidak berlaku secara mitosis seperti yang berlaku pada eukariot.

- Adanya dinding sel yang melindungi mukopeptida tertentu sebagai komponen yang menguatkannya.

1. Alga Hijau

Hanya kira-kira 10% dari 7000 spesies alga hijau (Divisi Chlorophyta) ditemukan dilaut, selebihnya diair tawar. Dikenali dengan warna hijau rumput yang dihasilkan adanya klorofil a dan b yang lebih dominan dibanding pigmen lain. Pigmen-pigmen terdapat dalam plastid dan sangat tahan terhadap cahaya panas. Dinding sel lapisan luar terbentuk dari bahan pektin sedangkan lapisan dalam dari selulosa. Contohnya : Entermorpha, Caulerpa, Halimeda dan Spirulina. Spirulina adalah salah satu jenis alga hijau biru, seringkali ditemukan pada air payau yang bersifat alkalis. Berdasarkan tempat asalnya, terdapat dua jenis Spirulina yaitu Spirulina yang tumbuh di Meksiko dikenal dengan Spirulina maxima dan Spirulina yang tumbuh di Afrika dikenal dengan Spirulina platensis.

Menurut Tseng (1987) Spirulina platensis termasuk alga hijau biru yang mempunyai panjang 50-500 mikiron dan lebar 8-10 mikron. Alga S.platensis berbentuk spiral dan memiliki sel yang tipis serta tidak berselaput inti. Sel S.platensis mengandung kloroplas, kromatophora dan pigmen yang tersebar dalam sitoplasma. Jenis alga S.platensis yang berukuran kecil mempunyai diameter sel

1-3 mikron dengan sitoplasma homogen.

2. Alga Coklat

Hampir 1000 spesies hidup di laut. Warna kuning dihasilkan oleh pigmenfukoxantin (xanthos ”coklat”). Pigmen terkandung didalam plastid. Memiliki dindingh sel lapisan luar dari bahan pektin (terutama alginat) sedangkan lapisandalam dari bahan selulosa. Kebanyakan spesies mempunyai kantong udara dan pembiakannya secara seksual atau aseksual. Contohnya : Ectocarpus, Dictyota,Padina, Kelpa Laminaria, Nereocystis, Alaria dan Agarum.

3. Alga Merah

Terdapat 3000 spesies alga merah (divisi Rhodophyta) ditemukan di laut. Warna merah dihasilkan oleh pigmen merah yang dominan yaitu fikoeritrin. Memiliki dinding sel selulosa dan sangat peka terhadap cahaya. Pigmen merah mampu menyerap cahaya biru dan ungu. Kebanyakan ditemui di air dalam danberfilamen dengan ketebalan, lebar aturan filamen yang berbeda. Contohnya : Gigartina, Porphyra.

4. Kegunaan alga

Ditinjau secara biologi, alga merupakan kelompok tumbuhan yangberklorofil yang terdiri dari satu atau banyak sel dan berbentuk koloni. Didalam alga terkandung bahan-bahan organik seperti polisakarida, hormon, vitamin, mineral dan juga senyawa bioaktif. Sejauh ini, pemanfaatan alga sebagai komoditi perdagangan atau bahan baku industri masih relatif kecil jika dibandingkan

dengan keanekaragaman jenis alga yang ada di Indonesia. Padahal komponen kimiawi yang terdapat dalam alga sangat bermanfaat bagi bahan baku industri makanan, kosmetik, farmasi dan lain-lain.

Berbagai jenis alga seperti Griffithsia, Ulva, Enteromorpna, Gracilaria, Euchema, dan Kappaphycus telah dikenal luas sebagai sumber makanan seperti salad rumput laut atau sumber potensial karagenan yang dibutuhkan oleh industri gel. Begitupun dengan Sargassum, Chlorela/Nannochloropsis yang telah dimanfaatkan sebagai adsorben logam berat, Osmundaria, Hypnea, dan Gelidium sumber senyawa bioaktif, Laminariales atau Kelp dan Sargassum Muticum yang mengandung senyawa alginat yang berguna dalam industri farmasi. Pemanfaatan berbagai jenis alga yang lain adalah sebagai penghasil bioetanol dan biodiesel ataupun sebagai pupuk organik.

C. Lumut (Bryophyta)

Tumbuhan lumut merupakan sekumpulan tumbuhan kecil yang termasuk dalam divisio Bryophyta (dari bahasa Yunani bryum, "lumut").

Tumbuhan ini sudah menunjukkan diferensiasi tegas antara organ penyerap hara dan organ fotosintetik namun belum memiliki akar dan daun sejati. Kelompok tumbuhan ini juga belum memiliki pembuluh sejati. Alih-alih akar, organ penyerap haranya adalah rizoid (harafiah: "serupa akar"). Daun tumbuhan lumut dapat berfotosintesis. Tumbuhan lumut merupakan tumbuhan pelopor, yang tumbuh di suatu tempat sebelum tumbuhan lain mampu tumbuh. Ini terjadi karena tumbuhan lumut berukuran kecil tetapi membentuk koloni yang dapat menjangkau area yang luas. Jaringan tumbuhan yang mati menjadi sumber hara bagi tumbuhan lumut lain dan tumbuhan yang lainnya.

Dalam bahasa sehari-hari, istilah "lumut" dapat merujuk pada beberapa divisio. Klasifikasi lama pun menggabungkan pula lumut hati dan lumut tanduk ke dalam Bryophyta, sehingga di dalam Bryophyta terangkum lumut tanduk, lumut hati, dan lumut sejati (Musci). Namun, perkembangan dalam taksonomi tumbuhan menunjukkan bahwa penggabungan ini parafiletik, sehingga diputuskan untuk memisahkan lumut hati dan lumut tanduk ke luar dari Bryophyta.

Chlorophyta, alga hijau; beberapa alga hijau yang berwujud berkas-berkas memanjang tanpa memperlihatkan spesifikasi organ yang jelas dapat disebut lumut

* Anthocerophyta, lumut tanduk; yaitu semacam lumut hati namun memiliki organ sporofor berbentuk tanduk
* Marchantiophyta, lumut hati; yaitu lumut yang berwujud seperti piringan datar berlapis menutupi permukaan batu atau dinding
* Bryophyta, lumut sejati; yaitu tumbuhan lumut yang terlihat memiliki pembagian organ yang jelas


BAB V

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Kita telah mengenal jamur dalam kehidupan sehari-hari meskipun tidak sebaik tumbuhan lainnya. Hal itu disebabkan karena jamur hanya tumbuh pada waktu tertentu, pada kondisi tertentu yang mendukung, dan lama hidupnya terbatas. Sebagai contoh, jamur banyak muncul pada musim hujan di kayu-kayu lapuk, serasah, maupun tumpukan jerami. namun, jamur ini segera mati setelah musim kemarau tiba. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia telah mampu membudidayakan jamur dalam medium buatan, misalnya jamur merang, jamur tiram, dan jamur kuping.

Alga (jamak Algae) adalah sekelompok organisme autotrof yang tidak memiliki organ dengan perbedaan fungsi yang nyata. Alga bahkan dapat dianggap tidak memiliki "organ" seperti yang dimiliki tumbuhan (akar, batang, daun, dan sebagainya). Karena itu, alga pernah digolongkan pula sebagai tumbuhan bertalus.

Istilah ganggang pernah dipakai bagi alga, namun sekarang tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan kekacauan arti dengan sejumlah tumbuhan yang hidup di air lainnya, seperti Hydrilla.

Dalam pustaka-pustaka lama, alga selalu gagal diusahakan masuk dalam satu kelompok, baik yang bersel satu maupun yang bersel banyak. Salah satu contohnya adalah pemisahan alga bersel satu (misalnya Euglena ke dalam Protozoa) dari alga bersel banyak (ke dalam Thallophyta). Belakangan disadari sepenuhnya bahwa pengelompokan sebagai satu klad tidak memungkinkan bagi semua alga, bahkan setelah dipisahkan berdasarkan organisasi selnya, karena sebagian alga bersel satu lebih dekat berkerabat dengan alga bersel banyak tertentu.

Daun tumbuhan lumut dapat berfotosintesis. Tumbuhan lumut merupakan tumbuhan pelopor, yang tumbuh di suatu tempat sebelum tumbuhan lain mampu tumbuh. Ini terjadi karena tumbuhan lumut berukuran kecil tetapi membentuk koloni yang dapat menjangkau area yang luas. Jaringan tumbuhan yang mati menjadi sumber hara bagi tumbuhan lumut lain dan tumbuhan yang lainnya.


3.2. Saran.

Llaporan in bersifat deskriptif dimana karyah ini belum dapat sempurna sesuai dengan yanga aslinya,namun itu kami dari penulis mohon maaf atas kesalahan berupa kata-kata bahkan tulisannya, dengan demikian Kami dari penulis juga mohon diberi saran dan keritikan yang bersifat ilmiah dalam hal untuk membangun agar Kami dapat memperbaiki di masa yang akan datang, dan muda-mudahan karyah ini akan bermanfaat bagi Kita dan generasi yang akan datang.

Penulis menyarankan kepada pembaca bahwa,

1. Karakter orang cerdas adalah tidak bosan membaca, maka Kami mengajak para pembaca Jangan cepat-cepat bosan dalam hal membaca dan mengkaji.

2. Belajar untuk mengaji karyah orang lain adalah hal yang muda, tapi sulit untuk di perjelaskan.

3. Kesulitan dalam berkomonikasi adalah orang yang malas membaca dan mendefenisikan karya orang lain.

DAFTAR PUSTAKA


Bold, H. C. 1978. Introduction to The Algae. Jakarta: Penebar swadaya.

Campbell, N. A. 1991. Biology. Jakarta: Erlangga.

Delimartha, S. 1998. Ramua Tradisional Untuk Pengobatab Hepatitis. Jakarta: Penebar Swadaya.


Ciferri, O. 1983. Spirulina, The Edible Microorganism. Microbiological

Reviews. 47 (4) : 551-578.

Fogg, W.D. Stewart., P. Fay, and E. Wolsky. 1973. The Blue Green Alga.

Academic Press. London. 499 pp.

Gautam, M,. et al. 2000. Indonesia The Chalenges of World Bank

Involvement in Forest. Evaluation Country Case Study Series. The World

Bank. Washington, D.C. 64 pp.

http://www.wityroi-persena.con

Www//http://id.Wikipedia.org/wiki/Lumut.

Www//http://id.wikipedia.org/wiki/Fungi.

Selasa, 25 Januari 2011

INSECTA

BAB I
PENDAHULUAN



            Serangga (disebut pula Insecta, dibaca "insekta") adalah kelompok utama dari hewan beruas (Arthropoda) yang bertungkai enam (tiga pasang); karena itulah mereka disebut pula Hexapoda (dari bahasa Yunani yang berarti "berkaki enam")
            Kajian mengenai peri kehidupan serangga disebut entomologi. Serangga termasuk dalam kelas insekta (subfilum Uniramia) yang dibagi lagi menjadi 29 ordo, antara lain Diptera (misalnya lalat), Coleoptera (misalnya kumbang), Hymenoptera (misalnya semut, lebah, dan tabuhan), dan Lepidoptera (misalnya kupu-kupu dan ngengat). Kelompok Apterigota terdiri dari 4 ordo karena semua serangga dewasanya tidak memiliki sayap, dan 25 ordo lainnya termasuk dalam kelompok Pterigota karena memiliki sayap
Serangga merupakan hewan beruas dengan tingkat adaptasi yang sangat tinggi.[1] Ukuran serangga relatif kecil dan pertama kali sukses berkolonisasi di bumi.
1.1.  Latar Belakang
            Dalam penulisan makalah ini Kami menggunakan media Elektronik (internet) dan buku-buku panduan lain refrensi pengambilan teori, dengan demikian yang menjadi pokok utama yang melatar belakangi Kami disini adalah bagaimana, kami dapat mendefenisikan teori dalam bentuk karyah ilmiah.
Dalam sistem website ini juga merupakan sebagian dari media perlengkapan teori untuk mempermudakan peminat, pembaca, dan bahkan layanan umum, untuk dapat mengambil teori yang dibutuhkan, yakni sebagai refrensi untuk mengulas sebagaimana deskriptif.

1.2.  Tujuan Penulisan
            Adapun tujuan dari penulisan ini adalah sebagai bahan pelengkap tugas mata kuliah “Zoologi Invetebrata” pada Program Studi Ilmu Biologi fakultas Keguran Tujuan utama dalam hal ini adalah untuk memotifasikan civitas akademika agar menjadi insane yang cerdas dan berprestasi guna melanjutkan cita-cita bangsa dan Negara serta khususnya bagi penulis sebagai tambahan ilmu pengetahuan.
BAB    II
PEMBAHASAN
2.1. Insecta
            Serangga adalah satu-satunya invertebrata telah mengembangkan kemampuan penerbangan aktif, dan ini telah memainkan peranan penting dalam keberhasilan mereka, 186 Otot-otot ini dapat kontrak beberapa kali untuk setiap impuls saraf tunggal, memungkinkan sayap untuk mengalahkan lebih cepat daripada yang biasanya mungkin. Setelah otot-otot mereka melekat pada exoskeletons mereka lebih efisien dan memungkinkan koneksi otot lebih; krustasea juga menggunakan metode yang sama, meskipun semua laba-laba menggunakan tekanan hidrolik untuk memperpanjang kaki mereka, sistem diwarisi dari nenek moyang mereka pra-Artropoda.  
            Serangga memiliki tubuh tersegmentasi didukung oleh exoskeleton, penutup luar yang keras terbuat kebanyakan dari kitin. Segmen tubuh disusun menjadi tiga unit khas tetapi saling berhubungan, atau tagmata:. Kepala, dada, dan perut yang,  pusat mendukung sepasang antena sensor, sepasang mata majemuk, dan, jika ada, 2:59 sederhana mata (atau ocelli) dan tiga set dengan berbagai pelengkap dimodifikasi yang membentuk mulut. dada ini memiliki enam tersegmentasi kaki-satu masing-masing pasangan untuk prothorax, mesothorax dan segmen metathorax yang membentuk dada-dan, jika ada dalam spesies, dua atau empat sayap. perut ini terdiri dari sebelas segmen, meskipun dalam beberapa spesies serangga segmen ini mungkin digabungkan bersama-sama atau dikurangi ukurannya. perut ini juga berisi sebagian besar struktur internal pencernaan, pernapasan, ekskresi dan reproduksi:22-48 Ada banyak variasi dan adaptasi banyak di bagian tubuh terutama serangga sayap, kaki, antena, mulut-bagian lain-lain.
Kajian mengenai peri kehidupan serangga disebut entomologi. Serangga termasuk dalam kelas insekta (subfilum Uniramia) yang dibagi lagi menjadi 29 ordo, antara lain Diptera (misalnya lalat), Coleoptera (misalnya kumbang), Hymenoptera (misalnya semut, lebah, dan tabuhan), dan Lepidoptera (misalnya kupu-kupu dan ngengat). Kelompok Apterigota terdiri dari 4 ordo karena semua serangga dewasanya tidak memiliki sayap, dan 25 ordo lainnya termasuk dalam kelompok Pterigota karena memiliki sayap.
Serangga merupakan hewan beruas dengan tingkat adaptasi yang sangat tinggi.Ukuran serangga relatif kecil dan pertama kali sukses berkolonisasi di bumi.

a.      Sejarah
* Keaneka-ragaman serangga telah terdapat pada periode Carboniferous (sekitar 300 juta tahun yang lalu).
* Pada periode Permian (270 juta tahun yang lalu) beberapa kelompok serangga telah menyerupai bentuk yang dijumpai sekarang.
* Sayap pada serangga mungkin pada awalnya berevolusi sebagai perluasan kutikula yang membantu tubuh serangga itu menyerap panas, kemudian baru menjadi organ untuk terbang Pandangan lain menyarankan bahwa sayap memungkinkan hewan itu meluncur dari vegetasi ke tanah, atau bahkan berfungsi sebagai insang dalam serangga akuatik. Hipotesis lain menyatakan bahwa sayap serangga berfungsi untuk berenang sebelum mereka berfungsi untuk terbang

b.      Kemampuan

            Salah satu alasan mengapa serangga memiliki keanekaragaman dan kelimpahan yang tinggi adalah kemampuan reproduksinya yang tinggi, serangga bereproduksi dalam jumlah yang sangat besar, dan pada beberapa spesies bahkan mampu menghasilkan beberapa generasi dalam satu tahun.
            Kemampuan serangga lainnya yang dipercaya telah mampu menjaga eksistensi serangga hingga kini adalah kemampuan terbangnya. Hewan yang dapat terbang dapat menghindari banyak predator, menemukan makanan dan pasangan kawin, dan menyebar ke habitat baru jauh lebih cepat dibandingkan dengan hewan yang harus merangkak di atas permukaan tanah.
            Umumnya serangga mengalami metamorfosis sempurna, yaitu siklus hidup dengan beberapa tahapan yang berbeda: telur, larva, pupa, dan imago . Beberapa ordo yang mengalami metamorfosis sempurna adalah Lepidoptera, Diptera, Coleoptera, dan Hymenoptera. Metamorfosis tidak sempurna merupakan siklus hidup dengan tahapan : telur, nimfa, dan imago Peristiwa larva meniggalkan telur disebut dengan eclosion.[rujukan?] Setelah eclosion, serangga yang baru ini dapat serupa atau beberapa sama sekali dengan induknya . Tahapan belum dewasa ini biasanya mempunyai ciri perilaku makan yang banyak
            Pertumbuhan tubuh dikendalikan dengan menggunakan acuan pertambahan berat badan, biasanya dalam bentuk tangga dimana pada setiap tangga digambarkan oleh lepasnya kulit lama (exuvium), dimana proses ini disebut molting. Karena itu pada setiap tahapan, serangga tumbuh sampai dimana pembungkus luar menjadi terbatas, setelah ditinggalkan lagi dan seterusnya sampai sempurna

2.2. Ragam

            Lebih dari 800.000 spesies insekta sudah ditemukan. Terdapat 5.000 spesies bangsa capung (Odonata), 20.000 spesies bangsa belalang (Orthoptera), 170.000 spesies bangsa kupu-kupu dan ngengat (Lepidoptera), 120.000 bangsa lalat dan kerabatnya (Diptera), 82.000 spesies bangsa kepik (Hemiptera), 360.000 spesies bangsa kumbang (Coleoptera), dan 110.000 spesies bangsa semut dan lebah (Hymenoptera).

            Ordo Lepidoptera ketika fase larva memiliki tipe mulut pengunyah, sedangkan ketika imago memiliki tipe mulut penghisap. Adapun habitat dapat dijumpai di pepohonan . Ordo Collembola memiliki ciri khas yaitu memiliki collophore, bagian yang mirip tabung yang terdapat pada bagian ventral di sisi pertama segmen abdomen .Ada beberapa dari jenis ini yang merupakan karnivora dan penghisap cairan . Umumnya Collembolla merupakan scavenger yang memakan sayuran dan jamur yang busuk, serta bakteri, selain itu ada dari jenis ini yang memakan feses Artropoda, serbuk sari, ganggang, dan material lainnya Ordo Coleoptera memliki tipe mulut pengunyah dan termasuk herbivore. Habitatnya adalah di permukaan tanah, dengan membuat lubang, selain itu juga membuat lubang pada kulit pohon, dan ada beberapa yang membuat sarang pada dedaunan . Ordo Othoptera termasuk herbivora, namun ada beberapa spesies sebagai predator. Tipe mulut dari ordo ini adalah tipe pengunyah. Ciri khas yang dapat dijumpai yaitu sayap depan lebih keras dari sayap belakang
            Ordo Dermaptera mempunyai sepasang antenna, tubuhnya bersegmen terdiri atas toraks dan abdomen . Abdomennya terdapat bagian seperti garpu .Ordo Diplura memiliki mata majemuk, tidak terdapat ocelli, dan tarsinya terdiri atas satu segmen. Habitatnya di daerah terrestrial, dapat ditemukan di bawah batu, di atas tanah, tumpukan kayu, di perakaran pohon, dan di gua. Ordo ini merupakan pemakan humus . Ordo Hemiptera memiliki tipe mulut penusuk dan penghisap. Ada beberapa yang menghisap darah dan sebagian sebagai penghisap cairan pada tumbuhan. Sebagian besar bersifat parasit bagi hewan, tumbuhan, maupun manusia. Ordo ini banyak ditemukan di bagian bunga dan daun dari tumbuhan, kulit pohon, serta pada jamur yang busuk . Ordo Odonata memiliki tipe mulut pengunyah. Umumnya Ordo ini termasuk karnivora yang memakan serangga kecil dan sebagian bersifat kanibal atau suka memakan sejenis. Habitatnya adalah di dekat perairan. Biasanya ditemukan di sekitar air terjun, di sekitar danau, dan pada daerah bebatuan.
            Sub kelas Diplopoda memiliki ciri tubuh yang panjang seperti cacing dengan beberapa kaki, beberapa memiliki kaki berjumlah tiga puluh atau lebih, dan segmen tubuhnya menopang dua bagian dari tubuhnya.Hewan jenis ini memiliki kepala cembung dengan daerah epistoma yang besar dan datar pada bagian bawahnya . Habitatnya adalah di lingkungan yang basah, seperti di bawah bebatuan, menempel pada lumut, di perakaran pohon, dan di dalam tanah. Tipe mulutnya adalah pengunyah . Beberapa dari jenis ini merupakan scavenger dan memakan tumbuhan yang busuk, selain itu ada beberapa yang merupakan hama bagi tanaman.
2.3. Ciri-ciri
            Tubuh dapat dibedakan dengan jelas antara kepala, dada dan perut. Kepala dengan:
 Satu pasang mata facet (majemuk), mata tunggal (ocellus), dan satu pasang antena sebagai alatperaba.
 Alat mulut yang disesuaikan untuk mengunyah, menghisap, menjilat dan menggigit.
Bagian mulut ini terdiri atas rahang belakang (mandibula), rahang depan (maksila), dan bibir atas (labrum) serta bibir bawah (labium)
Dada ( thorax ) terdiri atas tiga ruas, yaitu :
Prothorax
Metathorax
Pada segmen terdapat sepasang kaki.
Kaki berubah bentuk disesuaikan dengan fungsinya,yakni :
Kaki untuk menggali ( anjing tanah )
Kaki untuk meloncat ( belalang )
Kaki untuk berenang ( kumbang air )
Kaki untuk pengumpil serbuk sari
Kaki untuk berjalan ( kumbang tanah )
Kaki untuk memegang ( belalang sembah )
            Serangga merupakan hewan beruas dengan tingkat adaptasi yang sangat tinggi. Fosil-fosilnya dapat dirunut hingga ke masa Ordovicius. Fosil kecoa dan capung raksasa primitif telah ditemukan. Sejumlah anggota Diptera seperti lalat dan nyamuk yang terperangkap pada getah juga ditemukan.

2.4. Metamorfosis pada Serangga
            Pada setiap mesotoraks (mesothorax) dan metatoraks (metathorax) terdapat dua pasang sayap, tetapi ada pula yang tidak memiliki sayap. Perut (abdomen) memiliki sebelas (11) ruas atau beberapa ruas saja. Pada belalang betina, bagian belakang perut terdapat ovipositor yang berfungsi untuk meletakkan telurnya. Pada segmen pertama terdapat alat pendengaran atau membran tympanum. Alat pencernaan terdiri atas: mulut, kerongkongan, tembolok, lambung, usus, rektum dan anus. Sistem saraf tangga tali. Sistem pernafasan dengan sistem trakhea. Sistem peredaran darah terbuka. Alat kelamin terpisah (jantan dan betina), pembuahan internal. Tempat hidup di air tawar dan darat. Umumnya serangga mengalami perubahan bentuk (metamorfosis) dari telur sampai dewasa.
            Hewan ini juga merupakan contoh klasik metamorfosis. Setiap serangga mengalami proses perubahan bentuk dari telur hingga ke bentuk dewasa yang siap melakukan reproduksi. Pergantian tahap bentuk tubuh ini seringkali sangat dramatis. Di dalam tiap tahap juga terjadi proses "pergantian kulit" yang biasa disebut proses pelungsungan. Tahap-tahap ini disebut instar. Ordo-ordo serangga seringkali dicirikan oleh tipe metamorfosisnya.

2.5. Morfologi Serangga

            Secara morfologi, tubuh serangga dewasa dapat dibedakan menjadi tiga bagian utama, sementara bentuk pradewasa biasanya menyerupai moyangnya, hewan lunak beruas mirip cacing. Ketiga bagian tubuh serangga dewasa adalah kepala (caput), dada (thorax), dan perut (abdomen).

BAB III
PENUTUP


3.1. Kesempulan

            Serangga memiliki tubuh tersegmentasi didukung oleh exoskeleton, penutup luar yang keras terbuat kebanyakan dari kitin. Segmen tubuh disusun menjadi tiga unit khas tetapi saling berhubungan, atau tagmata:. Kepala, dada, dan perut yang,  pusat mendukung sepasang antena sensor, sepasang mata majemuk, dan, jika ada, 2:59 sederhana mata (atau ocelli) dan tiga set dengan berbagai pelengkap dimodifikasi yang membentuk mulut. dada ini memiliki enam tersegmentasi kaki-satu masing-masing pasangan untuk prothorax, mesothorax dan segmen metathorax yang membentuk dada-dan, jika ada dalam spesies, dua atau empat sayap. perut ini terdiri dari sebelas segmen, meskipun dalam beberapa spesies serangga segmen ini mungkin digabungkan bersama-sama atau dikurangi ukurannya. perut ini juga berisi sebagian besar struktur internal pencernaan, pernapasan, ekskresi dan reproduksi:22-48 Ada banyak variasi dan adaptasi banyak di bagian tubuh terutama serangga sayap, kaki, antena, mulut-bagian lain-lain.
Exoskeleton


3.2. Saran

            Berdasarkan kesimpulan diatas maka saran yang dapat disampaikan adalah:
Serangga ( Insecta ) juga dapat di sebut hewan mitogenesis. Artinya dapat membawa manfaat                   bagi kita



RESPIRASI


R E S P I R A S I



Oleh
Hardiani Madi
2008 15 399






FAKULTASKEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
 PROGRAN STUDI BIOLOGI
UNIVERSITASDARUSSALAM
AMBON
2011

KATA PENGANTAR

            Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul ”Respirasi”.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurna, sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan guna untuk memperbaik karyah ini agar dapat mempunyai manfaat bagi Kita sekalian. Dan dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan pada masa ini maka sumber intelektual yang sangat di harapkan demi menuju indonesia yang makmur dansejahtera.
            Ucapan terimahkasih Kami sempaikan kepada Bapak, muda-mudahan ilmu yang Ibu berikan punya makna yang sangat besar bagi kami. Dan muda-mudaham Bapak di beri safaat oleh Tuhan Yang maha Esa
DAFTAR ISI
Halaman Judul……………………………………………………………………………………i
Kata Pengantar……………………………………………………………………………..……ii
Daftar Isi…………………………………………………………………………...…………….iii
BAB                I.          PENDHULUAN………………………………………………………….1
1.1.      Latar Belakang…………………………………………………………...1
1.2.  Permasalahan……………………………………………………………….1
1.3.      Tujuan Penulisan…………………………………………………….…...1
BAB                II.        PEMBAHASAN…………………………………………………....……2
                        2.1.      Respirasi………………………………………….…………..……..…...2
                                    1. Respirasi Airob...……………………………………………….....….2
                                    2. Respirasi Anairob………………………………………………….....4
                                    3. Sistem Respirasi………………………………………………….….5
                                                a. Sistem pernafasan Pada Manusia ……………………...…..5
                                                b. Mekanisme Pernafasan Manusia………………………......7
BAB                III.       PENUTUP……………………………………………………………...8
                        3.1.      Kesimpulan………………………………...……………………………..8
                        3.2.      Saran………………………………………………...…………………....8
                        DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................



BAB I
PENDAHULUAN
1.      Pendahuluan

                Pernapasan anaerob dapat juga terjadi di udara terbuka, akan tetapi tidak enggunakan O2 yang tersedia di udara. Maka Respirasi dalam biologi adalah proses mobilisasi energi yang dilakukan jasad hidup melalui pemecahan senyawa berenergi tinggi (SET) untuk digunakan dalam menjalankan fungsi hidup. Dalam pengertian kegiatan kehidupan sehari-hari, respirasi dapat disamakan dengan pernapasan. Namun demikian, istilah respirasi mencakup proses-proses yang juga tidak tercakup pada istilah pernapasan. Respirasi terjadi pada semua tingkatan organisme hidup, mulai dari individu hingga satuan terkecil, sel.           Pada dasarnya, respirasi adalah proses oksidasi yang dialami SET sebagai unit penyimpan energi kimia pada organisme hidup. SET,       Latarbelakan penulisan, dalam hal ini yang melatarbelakani penulis dalam membuat karyah ilmiah ini adalah bersifat diskriptif dan informatik dimana, teori yanh penulis rangkum ini melalui media elektronik dan system website
1.2.Tujuan Penulisan
            Uraian materi respirasi dan system respirasi ini bertujuan untuk memotivkan para maha siswa dan maha siswi agar dapat megetahui dan menaplikasikan ilmu ini dengan baik, dan tujua penulisan ini merupakan sebua momem untuk merefleks teori kualitatif ilmiah, agar menjadi desains dalam dunia global sa’at-sa’at ini. Dan tujuan ini pula berniat untuk membangun maha siswa-maha siswi di bumi darussala ambon menjadi maha siswa yang berbakat dan berkualitas

1.1.  Latar Belakang

            Dalam penulisan makalah ini Kami menggunakan media Elektronik (internet) dan buku-buku panduan lain refrensi pengambilan teori, dengan demikian yang menjadi pokok utama yang melatar belakangi Kami disini adalah bagaimana, kami dapat mendefenisikan teori dalam bentuk karyah ilmiah. Dalam sistem website ini juga merupakan sebagian dari media perlengkapan teori untuk mempermudakan peminat, pembaca, dan bahkan layanan umum, untuk dapat mengambil teori yang dibutuhkan, yakni sebagai refrensi untuk mengulas sebagaimana deskriptif.

BAB    II
PEMBAHASAN
Di dalam tubuh makhluk hidup terjadi pula pembakaran gula dan zat organik lainnya, namun pembakaran tersebut atau oksidasi tersebut tidak membutuhkanm api, melainkan berlangsung dengan pertolongan enzim dan terjadi pada temperatur yang normal. Sebgaian energi yang tinbul karenanya berupa panas dan sebagian lagi adalah berupa energi yang digunakan untuk proses pembentukan zat organik, aktivitas osmosis, penimbunan garam, pengaliran protoplasma, pembelahan sel, dan lain-lain.
Jika suatu biji ditumbuhkan dalam tempat gelap, maka makin hari makin bertambah beratnya, hal ini karena biji telah banyak meresap air, seangkan sebenarnya biji tersebut telah kehilangan sebagian dari zat organiknyaHal ini dibutuhkan untuk energi dalam proses pertumbuhan biji tersebut. Pengubahan ini merupakan proses pernapasasan atau respirasi.
Hal ini berarti menyusutnya zat organik, penggunaan O2 dan pengeluaran CO2 dan timbulnya panas (energi) merupakan manifestasi dari proses respirasi yang terjadi dalam tiap-tiap sel hidup.
1.      Respirasi Aerob
Respirasi aerob adalah suatu proses pernapasan yang membutuhkan oksigen dari udara. Perbandingan antara pengambilan O2 dan pengeluaran CO2 dalam respirasi dikenal dengan Kosien Respirasi (KR) yaitu CO2/O2 = 1 Air yang terlkepas hasil proses respirasi disebut dengan air metabolisma.
                    Pada tanaman tingkat tinggi yang berklorofil, umumnya gula yang mempunyai 6 atom C sebagai substratnya, Jika terdapat lemak, maka akan mengalami oksidasi setelah heksosa habis untuk menjadi substrat dalam respirasi. Untuk itu lemak harus berubah dahulu menjadi asam lemak dan gliserol. Jika persedian Lemak dan Karbohidrat habis, maka barulah protein dibongkar menjadi asam amino dan kemudian dioksidasi.
Kosien respirasi dapat menyimpang, factor-faktor yang mempengaruhi macam-macam subtansi adalah:
Substrat Heksosa jumlah C = Jumlah O, K.R = 1.0
Substrat Proteinjumlah C > jumlah O; K.R =
Substrat Lemak, Jumlah C > Jumlah O;K.R
Substrat Asam Organik, Jumlah C > 1,0 (1,33)

1.      Temperatur
Mempunyai Temperatur pengaruh besar dalam respirasi. Pada 0o C respirasi sangatlah sedikit. Pada suhu 30oC – 40oC respirasi sangat aktif, tetapi dalam waktu yang terbatas, kemudian kegiatan respirasi menurun.
2.      Kadar O2 di udara
Umumnya jika konsentrasi oksigen di udara menyimpang sedikit dari 20% tidak akan terlalu mempengaruhi proses respirasi, dan tergantung dari jenis tanamannya. Sedangkan bilaoksigen terbatas atau bahkan tidak ada, maka respirasi dapat berlangsung secara anaerob
3.      Konsentrasi CO2 di udara
Penyimpangan pada konsentrasi CO2 di udara tidak terlalu mempengaruhi proses respirasi. Pada tanaman Sawi konsentrasi CO2 sangat tinggi proses respirasi berjalanlambat, sebaliknya pada umbi kacang, respirasi akan efektif pada kadar CO2 yang meningkat. Jika konsentrasi CO2 naik sampai 10% dan konsentrasi O2 turun 0% maka respirasi akan terhenti.
4.       Persediaan air
Pada kondisi air minimal maka proses respirasi sangat sedikit, sedangkan pada daun-daun yang mulai layu, kegiatan respirasi lebih aktif karena bertamnbahnya timbunan tepung oleh adanya aktivitas enzim.
5.      Cahaya
Cahaya dibutuhkan dalam fotosintesis sehingga akan meningkatkan kualitas substrat untuk mengefektifkan proses respirasi
6.      Luka
Jika suatu jaringan terluka maka kegiatan respirasi akan meningkat sebagi manifestasi aktivitas sel-sel parenkim yang berusaha menutup luka.
2.      Respirasi Anaerob
                Pernapasan anaerob dapat juga terjadi di udara terbuka, akan tetapi tidak enggunakan O2 yang tersedia di udara. Pernapasan Anaerob juga lazim disebut fermentasi, walaupun tidak semua fermentasi itu anaerob. Pada instinya kegiatan tersebut adalah upaya untuk mendapatkan energi. Energi yang diperoleh melalui fermentasi lebih sedikit dibandingkan dengan pernapasan biasa.
                 Maka Respirasi dalam biologi adalah proses mobilisasi energi yang dilakukan jasad hidup melalui pemecahan senyawa berenergi tinggi (SET) untuk digunakan dalam menjalankan fungsi hidup. Dalam pengertian kegiatan kehidupan sehari-hari, respirasi dapat disamakan dengan pernapasan. Namun demikian, istilah respirasi mencakup proses-proses yang juga tidak tercakup pada istilah pernapasan. Respirasi terjadi pada semua tingkatan organisme hidup, mulai dari individu hingga satuan terkecil, sel. Apabila pernapasan biasanya diasosiasikan dengan penggunaan oksigen sebagai senyawa pemecah, respirasi tidak melulu melibatkan oksigen.
            Pada dasarnya, respirasi adalah proses oksidasi yang dialami SET sebagai unit penyimpan energi kimia pada organisme hidup. SET, seperti molekul gula atau asam-asam lemak, dapat dipecah dengan bantuan enzim dan beberapa molekul sederhana. Karena proses ini adalah reaksi eksoterm (melepaskan energi), energi yang dilepas ditangkap oleh ADP atau NADP membentuk ATP atau NADPH. Pada gilirannya, berbagai reaksi biokimia endotermik (memerlukan energi) dipasok kebutuhan energinya dari kedua kelompok senyawa terakhir ini.
            Kebanyakan respirasi yang dapat disaksikan manusia memerlukan oksigen sebagai oksidatornya. Reaksi yang demikian ini disebut sebagai respirasi aerob. Namun demikian, banyak proses respirasi yang tidak melibatkan oksigen, yang disebut respirasi anaerob. Yang paling biasa dikenal orang adalah dalam proses pembuatan alkohol oleh khamir Saccharomyces cerevisiae. Berbagai bakteri anaerob menggunakan belerang (atau senyawanya) atau beberapa logam sebagai oksidator.
Respirasi dilakukan pada satuan sel. Proses respirasi pada organisme eukariotik terjadi di dalam mitokondria.
3.      Sistem Respirasi

            Respirasi adalah suatu proses pertukaran gas oksigen (O2) dari udara oleh organisme hidup yang dgunakan untuk serangkaian metabolisme yang akan menghasilkan karbondioksida (CO2) yang harus dikeluarkan, karena tidak dibutuhkan oleh tubuh. Setiap makluk hidup melakukan pernafasan untuk memperoleh oksigen O2 yang digunakan untuk pembakaran zat makanan di dalam sel-sel tubuh. Alat pernafasan setiap makhluk tidaklah sama, pada hewan invertebrata memiliki alat pernafasan dan mekanisme pernafasan yang berbeda dengan hewan vertebrata.
a.      Sistem Pernapasan Pada Manusia

            Organ-organ pernafasan yang dimiliki oleh manusiameliputi semua struktur yang  menghubungkan udara dari dan ke paru-paru. Organ tersebut antara lain:
a. Hidung
            Hidung terdiri dari lubang hidung, rongga hidung, dan ujung rongga hidung.
Rongga hidung banyak memiliki kapiler darah, dan selalu lembap dengan adanya lendir yang dihasilkan oleh mukosa. Didalam hidung udara disaring dari benda-benda asing yang tidak berupa gas agar tidak masuk ke paru-paru. Selain itu udara juga disesuaikan suhunya agar sesuai dengan suhu tubuh.
b.Faring

            Faring merupakan ruang dibelakang rongga hidung, yang merupakan jalan masuknya udara dsri ronggs hidung. Pada ruang tersebut terdapat klep (epiglotis) yang bertugas mengatur pergantian perjalanan udara
pernafasan dan makanan.
c. Laring
            Laring/pangkal batang tenggorokan / kotak suara. Laring terdiri atas tulang rawan, yaitu jakun, epiglotis, (tulang rawan penutup) dan tulang rawan trikoid (cincin stempel) yang letaknya paling bawah. Pita suara terletak di dinding laring bagian dalam.
d. Trakhea
            Trakea atau batang tenggorokan merupakan pita yang tersusun atas otot polos dan tulang rawan yang berbentuk hurup ’C’ pada jarak yang sangat teratur. Dinding trakea tersusun atas tiga lapisan jaringan epitel yang dapat menghasilkan lendir yang berguna untuk menangkap dan mengembalikan benda-benda asing ke hulu saluran pernafasan sebelum masuk ke paru-paru bersama udara penafasan.
e. Bronkus
            Merupakan cabang batang tenggorokan yang jumlahnya sepasang, yang satu
menuju ke paru-paru kiri dan yang satunya menuju paru-paru kanan. Dinding bronkus terdiri atas lapisan jaringan ikat, lapisan jaringan epitel, otot polos dan cincin tulang rawan. Kedudukan bronkus yang menuju kekiri lebih mendatar dari pada ke kanan. Hal ini merupakan salah satu sebab mengapa paru-paru kanan lebih mudah terserang penyakit.
f. Bronkiolus
            Bronkeolus merupakan cabang dari bronkus, dindingnya lebih tipis dan salurannya lebih tipis. Bronkeolus bercabang-cabang menjadi bagian yang lebih halus.
g. Alveolus
            Saluran akhir dari saluran pernafasan yang berupa gelembung-gelembung udara. Dinding aleolus sanat tipis setebal silapis sel, lembap dan berdekatan dengan kapiler-kapiler darah. Adanya alveolus memungkinkan terjadinya luasnya daerah permukaan yang berperan penting dalam pertukaran gas. Pada bagian alveolus inilah terjadi pertukaran gas-gas O2 dari udara bebas ke sel-sel darah, sedangkan perukaran CO2 dari sel-sel tubuh ke udara bebas terjadi.
h. Paru-paru
            Paru-paru terletak dalam rongga dada dibatasi oleh otot dada dan tulang rusuk, pada bagian bawah dibatasi oleh otot dafragma yang kuat. Paru-paru merupakan himpunana dari bronkeulus, saccus alveolaris dan alveolus. Diantara  selaput dan paru-paru terdapat cairan limfa yang berfungsi untuk melindungi paru- paru pada saat mengembang dan mengempis. Mengembang dan mengempisnya paru-paru  disebabkan karena adanya perubahan tekana rongga dada.
Paru-paru kanan
o   berlobus tiga
o   Bronkus kanan bercabang tiga
Paru-paru kiri
o   berlobus dua
o   Bronkuis kiri bercabang dua
o   Posisinya lebih mendatar
Dibungkus oleh lapisanpleur a yang berfungsi menghindari gesekan saat bernafas

b.      Mekanisme Pernafasan Manusia.

            Pada saat bernafas terjadi kegiatang inspirasi dan ekspirasi. Inspirasi adalah pemasukan gas O2 dan udara atmosfer ke dalam paru-paru, sedangkan espirasi adalah pengeluaran gas CO2 dan uap air dari paru-paru ke luar tubuh.setiap menitnya kita melakukan kegiatang inspirasi dan espitrasi kurang lebih 16-18 kali. Pernafasan pada manusia dapat digolongkan menjadi 2, yaitu:
a  Pernafasan dada
            Pada pernafasan dada otot yang erperan penting adalah otot antar tulang rusuk. Otot tulang rusuk dapat dibedakan menjadi dua, yaitu otot tulang rusuk luar yang berperan dalam mengangkat tulang-tulang rusuk dan tulang rusuk dalam yang berfungsi menurunkan atau mengembalikan tulang rusuk ke posisi semula. Bila otot antar tulang rusuk luar berkontraksi, maka tulang rusuk akan terangkat sehingga volume dada bertanbah besar. Bertambah besarnya akan menybabkan tekanan dalam rongga dada lebih kecil dari pada tekanan rongga dada luar.    Karena tekanan uada kecil pada rongga dada menyebabkan aliran udara mengalir dari luar tubuh dan masuk ke dalam tubuh, proses ini disebut proses ’inspirasi’
Sedangkan pada proses espirasi terjadi apabila kontraksi dari otot dalam, tulang rusuk kembali ke posisi semuladan menyebabkan tekanan udara didalam tubuh meningkat. Sehingga udara dalam paru-paru tertekan dalam rongga dada, dan aliran udara terdorong ke luar tubuh, proses ini disebut ’espirasi’.

BAB    III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
            Respirasi dalam biologi adalah proses mobilisasi energi yang dilakukan jasad hidup melalui pemecahan senyawa berenergi tinggi (SET) untuk digunakan dalam menjalankan fungsi hidup. Dalam pengertian kegiatan kehidupan sehari-hari, respirasi dapat disamakan dengan pernapasan. Namun demikian, istilah respirasi mencakup proses-proses yang juga tidak tercakup pada istilah pernapasan. Respirasi terjadi pada semua tingkatan organisme hidup, mulai dari individu hingga satuan terkecil, sel.           Pada dasarnya, respirasi adalah proses oksidasi yang dialami SET sebagai unit penyimpan energi kimia pada organisme hidup. SET, seperti molekul gula atau asam-asam lemak, dapat dipecah dengan bantuan enzim dan beberapa molekul sederhana. Karena proses ini adalah reaksi eksoterm (melepaskan energi), energi yang dilepas ditangkap oleh ADP atau NADP membentuk ATP atau NADPH. Pada gilirannya, berbagai reaksi biokimia endotermik (memerlukan energi) dipasok kebutuhan energinya dari keduakelompok senyawa terakhir ini
 3.2. Saran
Dalam system penulisan makalah ini saya sebagai penulis belum dapat mengakui bahwamakalah ini benar-benar sempurna, maka penulis membutuhkan saran dan keritikan untu membangun agar dapat memperbaiki karyah ini, dan muda-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan kepadagenerasipenerus bangsa.